Kamis, 29 September 2011

Pengeboran (Drilling)


BAB I

PENGEBORAN ( DRILLING )

A.     Prinsip Dasar

1.      Definisi
Proses menghasilkan lubang dapat pula dilakukan dengan cara yang lain yaitu dengan proses boring (memperbesar lubang).
Perbedaan proses drilling dan boring :

Drilling
Boring
Alat potong
mata bor
pahat ISO 8/9
Material awal
Bisa pejal
Harus sudah berlubang
Ukuran lubang
Sama dengan ukuran mata bor
Lebih besar dan dapat diatur
Alat pencekam
Drill chuck, sleeve
Boring head

2.      Prinsip dasar gerakan pengeboran
Mesin bor mempunyai prinsip dasar gerakan yaitu gerakan berputar spindel utama (n) dan gerakan/laju pemakanan (f).
a.       Putaran mata bor ( n )
Gerakan putaran mata bor ini merupakan gerakan berputarnya spindel mesin bor. Gerakan ini sering disebut gerakan utama ( main motion ). Besarnya putaran spindel ini tergantung oleh material benda kerja, material mata bor dan diameter mata bor. Gerakan utama ini diukur dalam m/menit.
b.      Laju pemakanan ( f )
Laju pemakanan adalah gerakan turunnya mata bor menuju benda kerja tiap satuan waktu. Besarnya laju pemakanan ini mempengaruhi kualitas permukaan hasil lubang. Laju pemakanan diukur dalam mm/putaran.
Gerak berputar spindel utama dihasilkan dari gerak putar motor utama yang diteruskan melalui beberapa sistem transmisi yaitu :
a.       Sistem transmisi sabuk (belt)
(1)   Biasanya digunakan untuk mesin bor meja atau mesin yang dayanya kecil.
(2)   Jika terjadi kelebihan beban memungkinkan adanya selip sehingga aman tetapi efisiensi dayanya rendah.
b.      Sistem transmisi roda gigi (gear)
(1)   Biasanya digunakan untuk mesin bor yang dayanya besar.
(2)   Efisiensi daya tinggi, tidak memungkinkan adanya selip.
c.       Sistem transmisi gabungan sabuk dan roda gigi
Ukuran dari mesin bor ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :
a.       Jarak dari tiang ke poros utama
b.      Besarnya mata bor yang dapat dipasang
c.       Panjang langkah poros utama
d.      Jarak dari permukaan meja ke spindel utama

B.     Bagian Mesin

1.      Badan / Rumahan
2.      Pilar / Tiang
3.      Tenaga Penggerak       
4.      Transmisi
5.      Spindel Head ( Spindel tempat memasang mata bor )
6.      Meja
7.      Perangkat Kontrol
a.       Saklar utama
b.      Tombol emergency
c.       Saklar pemutar spindel
d.      Saklar penggerak laju pemakanan

C.     Jenis Mesin

1.      Berdasar tenaga penggerak :
a.       Mesin bor tangan
b.      Mesin bor listrik
2.      Berdasar kedudukan spindel :
a.       Mesin bor vertikal
b.      Mesin bor horizontal

D.    Alat Potong

1.      Notch Centre Drill       
Digunakan sebagai takikan awal dalam proses pembuatan lubang.
2.      Twist Drill ( mata bor )
a.       Merupakan alat potong yang digunakan pada proses pengeboran.
b.      Bagian – bagian mata bor :
(1)   Tangkai : lurus, tirus
(2)   Badan  :
(3)   Alur / flute : berfungsi untuk alur pengeluaran chip.
(4)   Mata potong
c.       Keuntungan menggunakan mata bor :
(1)   Mudah dijepit dan dilepas
(2)   Diameter yang dihasilkan tetap
(3)   Chip mudah keluar melalui alur bor
(4)   Pengasahan mudah karena hanya bagian ujung yang diasah.
d.      Sudut – sudut mata bor:
Sudut-sudut mata bor disesuaikan dengan material yang akan dikerjakan agar hasilnya baik. Sudut – sudut tersebut yaitu :
(1)   Sudut a / sudut bebas               = clearance angle
(2)   Sudut b / sudut baji                  = wedge angle
(3)   Sudut g / sudut garuk                = rake angle
(4)   Sudut s / sudut puncak = point angle
(5)   Bibir serong                              =  chisel edge
(6)   Bibir potong alur spiral
e.       Tipe mata bor
(1)   Menurut sudut spiral     :
(a)    Tipe N (normal)
digunakan untuk mengerjakan material normal, misal St. 37, St. 60. Sudut spiral (g) berkisar antara ( 160 – 300 ) dengan sudut puncak 1180. Untuk nikel, sudut puncaknya 1400.
(b)   Tipe H (hard)        
digunakan untuk mengerjakan material yang cukup keras  (material keras dan rapuh). Sudut spiral (g) berkisar antara ( 100 – 130 ) dengan sudut puncak 1180. Untuk material cetakan plastik, batu, sudut puncaknya 800.
(c)    Tipe W (weak)
digunakan untuk mengerjakan material yang lunak dan ulet, misalnya alumunium, tembaga, kuningan. Sudut spiral (g) berkisar antara ( 350 - 400 ) dengan sudut puncak tergantung dari materialnya. Untuk alumunium dan tembaga, g = 1400, seng g = 1180.
(2)   Menurut sudut puncak  :
(a)    Tipe N ( 1180 )
(b)   Tipe H ( 800 )
(c)    Tipe W ( 1400 )

E.     Kecepatan Potong

Kecepatan potong adalah jarak yang ditempuh selama langkah pemotongan dalam satuan m/menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi cutting speed :
1.      Material benda kerja
2.      Material alat potong
3.      Kedalaman pemotongan
4.      Pendingin (coolant)
5.      Kondisi mesin
6.      Sistem pencekaman benda kerja.
Dari data tabel cutting speed, kita bisa menentukan putaran bor dengan rumus:
Keterangan :
n    = putaran bor (rpm)
cs   = cutting speed (m/mnt)
d    = diameter bor (mm)



F.      Aksesoris Mesin

1.      Penjepit alat potong
Pencekaman alat potong dapat dilakukan dengan :
1.      Drill Chuck
a.       Digunakan untuk mencekam alat potong yang tangkainya berbentuk lurus (straight shank)
b.      Ukuran bor yang bisa dicekam tertera pada rumahan chuck-nya, misal 1 – 13 mm; yang artinya chuck mampu mencekam bor maksimal diameter 13 mm.
2.      Sleeve
a.       Digunakan untuk mencekam alat potong yang tangkainya berbentuk tirus (taper shank)
b.      Ukuran ketirusan sesuai standar internasional yang disebut Morse Taper (MT).
Pada spindel utama mesin bor terdapat lubang celah yang digunakan untuk melepas drill chuck maupun sleeve. Untuk melepasnya digunakan baji / counter sleeve yang terbuat dari plat yang berbentuk tirus.
2.      Penjepit benda kerja
a.       Hand vice
b.      Machine vice
c.       V – block dan clamp
d.      T – bolt dan clamp
e.       Jig
3.      Setting / marking koordinat
a.       scriber dan square line
b.      height gauge
c.       center punch
d.      center tap
4.      Alat keselamatan kerja
a.       Kacamata
b.      Wearpack
c.       Sepatu

G.    Proses pengeboran

Urutan pengeboran yang benar :
  1. Tandai dengan garis pada bagian yang akan dibor dengan menggunakan scriber dengan jarak sesuai dengan gambar kerja.
  2. Pada perpotongan tanda garis tersebut, buatlah titik dengan menggunakan centre punch.
  3. Pasang benda kerja pada tanggem dan cekam dengan kuat. Pastikan benda kerja terpasang tegak lurus terhadap sumbu spindel bor.
  4. Pasang centre tap pada drill chuck untuk menepatkan pusat lubang yang akan dibuat.
  5. Pasang NC drill pada drill chuck untuk membuat awalan lubang. NC drill hanya boleh masuk sampai pada batas sisi potongnya karena pada spiralnya tidak terdapat sudut bebas sehingga kalau dipaksakan maka NC drill akan terjepit.
  6. Setelah lubang awal dibuat, mulailah pengeboran dengan menggunakan mata bor. Jika lubang berukuran besar, maka pengeboran dilakukan bertahap ( kira – kira 5 mm ).    

Perbedaan Proses Drilling, Boring, Reaming dan Tapping

A. DRILL
1. PENGERTIAN MESIN DRILL
mesin drilling, mesin drilling adalah suatu proses yang dilakukan oleh mesin perkakas dalam hal ini adalah berupa pemberian tekanan kepada benda kerja sehingga terjadi lubang pada benda kerja yang biasanya berupa putaran yang dilakukan pahat dan gerak makan berupa translasi oleh pahat. Mesin ini menggunakan titik-titik kendali yang menyangkut gelendong berisi bit latihan dan dua poros mengendalikan atau meja kerja. Beberapa mesin NC mempunyai menara kecil yang berisi enam atau delapan latihan menggigit. menara kecil tersebut digunakan untuk pemrograman di bawah NC kendali.
Pada proses produksi harus memperhatikan hasil produksi,waktu dan biaya. Faktor – faktor tersebut saling berkaitan karena semakin lama proses produksi semakin besar biaya yang diperlukan. Disamping itu pula kualitas hasil produksi sangat menentukan. Dalam permesinan hal ini dipengaruhi oleh kondisi permesinan dan pemilihan mata bor.
Untuk menentukan kondisi permesinan serta pemilihan mata bor yang tepat pada suatu proses permesinan diperlukan suatu perhitungan yang cermat dengan melalui analisa data dari berbagai percobaan dan penelitian. Untuk mengolah data analisa terkadang memakan waktu yang lama,hal ini disebabkan karena banyaknya pemakaian rumus dan tabel dari berbagai literatur atau perhitungan dari data permesinan itu sendiri.
Salah satu penerapan dalam hal pemanfaatan teknologi komputasi adalah membuat simulasi perhitungan untuk gaya potong mata bor pada poses pengeboran. Dimana tujuan dan manfaat yang diharapkan dari sebuah simulasi adalah untuk memperkecil kesalahan operator dilapangan yaitu dengan melihat dan menganalisa obyek dari simulasi.
enerapan teknologi ini cukup baik untuk dikembangkan karena data dan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pekerja atau operator mesin bor dengan ketrampilan dan pemahaman teori teknologi proses permesinan dengan tingkat yang sedang maupun tidak terampil. Dimana hasil dari permesinan diharapkan akan mendekati hasil dengan kualitas teoritis. Untuk perhitungan ini menggunakan bahan ST 37 dengan data tetap untuk setiap perhitungan.
2. OTOMASI MESIN BOR DENGAN MENGGUNAKAN KAMERA
Makalah ini akan membahas tentang otomatisasi mesin bor dengan menggunakan kamera. untuk mendeteksi koordinat pengeboran secara otomatis. Kamera berfungsi menangkap gambar print out dari PCB kemudian dengan metode pemrosesan image dapat diketahui dan diambil koordinat pengeborannya. Metode pemrosesan image yang digunakan untuk pendeteksian koordinat antara lain threshold, gray scale dan floofill. Hasil pengambilan koordinat dalam satuan pixel akan dikonversikan ke satuan milimiter agar dapat dilakukan pengeboran. Namun mesin bor otomatis yang telah dibuat itu memiliki kelemahan di mana gerakan mesin bor tersebut masih kurang efektif. Oleh karena digunakan algoritma genetika untuk mengefektifkan gerakan mesin bor. Selanjutnya makalah ini akan diorganisasi sebagai berikut: bagian kedua akan dijelaskan secara singkat mesin bor otomatis yang ada. Berikutnya pada bagian ketiga akan dijelaskan tentang proses pendeteksian koordinat bor. Pada bagian keempat akan dijelaskan tentang penerapan algoritma genetika, diikuti dengan pengujian sistem pada pagian kelima. Terakhir akan disimpulkan hal-hal yang berkaitan dengan proyek penelitian ini. .
3. MESIN BOR OTOMATIS
Pada bagian ini akan dijelaskan secara umum mengenai mesin bor otomatis yang telah dibuat. Gambar 1 menunjukkan model mekanik mesin bor yang telah didisain. Komponen mesin bor tomatis seperti yang terlihat pada gambar terdiri atas 2 buah motor stepper untuk lengan X dan Y, sebuah motor DC untuk lengan Z, dan sebuah motor DC sebagai bor PCB. Pergerakan mesin bor otomatis ini pada setiap sumbunya dirancang mempergunakan ulir. Penggunaan ulir ini bertujuan agar pergeseran lengan akan lebih teliti. Jarak antar ulir yang digunakan sebesar 1,588 mm, maka untuk putaran motor stepper sebesar 3600 (1 putaran) akan didapatkan pergeseran lengan sebesar 1,588 mm. Motor stepper baik untuk lengan X maupun Y memiliki 00 langkah dalam satu putaran (3600). Sehingga untuk satu langkah didapatkan sudut sebesar 1,80. Seperti yang diketahui bahwa jarak antar ulir adalah 1,588 mm untuk 1 putaran dan dalam 1 utaran ada 200 langkah. Jadi jarak pergeseran untuk 1 langkah (1,80) adalah sebesar 0.00794 m.

Gambar 1. Model Mekanik Mesin Bor

Semua proses pendeteksian koordinat bor dan proses kontrol mesin bor yang telah didisain ilakukan oleh sebuah komputer yang dilengkapi dengan sebuah kamera. Gambar 2 menunjukkan blok diagram perangkat keras dari mesin bor yang telah didisain.

Gambar 2. Blok Diagram Perangkat Keras Mesin Bor

4. PROSES PENDETEKSIAN COORDINAT BOR
Pendeteksian koordinat bor pad dan via dilakukan dengan memproses image yang diperoleh dari kamera. Ukuran image yang digunakan adalah 320 x 240 pixel. Beberapa batasan gambar print out PCB yang perlu diperhatikan agar dapat diproses untuk pendeteksian koordinat bor adalah sebagai berikut:
•Print out PCB berwarna hitam putih dengan ukuran maksimum 9 x 10 cm.
•Layout PCB dikelilingi oleh frame berbentuk kotak dan berwarna hitam.
•Pada layout pad dan via terdapat lubang titik pengeboran.
Gambar 3 menunjukkan blok diagram system pendeteksian koordinat pengeboran. Secara umum, proses pendeteksian koordinat bor terdiri atas empat tahap yaitu pemrosesan awal image, proses pengisian image, proses perbakan image dan perhitungan koordinat bor.


Gambar 3. Blok Diagram Sistem Pendeteksian Koordinat Pengeboran

Tahap pemrosesan awal image terdiri atas dua proses yaitu pengubahan format image dari RGB menjadi grayscale dan proses threshold. Pengubahan format image dari RGB menjadi grayscale dilakukan dengan menggunakan metode gray illuminance. Metode ini direpresentasikan dengan menggunakan persamaan berikut:
B G R Gray 114 , 0 587 , 0 299 , 0 (1)
Proses threshold dilakukan dengan menggunakan
persamaan berikut:

dimana T adalah nilai threshold. Hasil dari proses ini adalah image dua warna yaitu warna hitam dan putih. Setelah tahap pemrosesan awal image, dilakukan proses pengisian image. Dalam proses pengisian image ini, semua warna putih kecuali lubang bor yang ada pada pad dan via akan diisi dengan warna hitam. Hasil dari proses ini adalah seluruh image akan berwarna hitam kecuali lubang-lubang bor pada pad dan via. Pada tahap berikut, akan dilakukan sekali lagi proses threshold dengan tujuan membalik warna hitam menjadi putih dan putih menjadi hitam. Sehingga dalam image, seolah-olah hanya ada titik-titik berwarna hitam yang merupakan titik-titik dimana PCB harus dibor. Tahap terakhir adalah menghitung koordinat dari titik-titik pengeboran. Hal ini dilakukan dengan mencari batas atas ( MAX Y ), batas bawah ( MIN Y ), batas kiri ( MIN X ) dan batas kanan ( MAX X ) dari pad atau via yang akan dibor. Perhitungan koordinat bor dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:

5. IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA
pengeboran dari mesin bor, pada sistem yang telah ddisain, diterapkan algoritma genetika. Tujuan algoritma genetika adalah mencari rute urutan pengeboran yang paling optimum. Kriteria rute optimum disini adalah rute dedngan jarak
tempuh paling pendek. Tentunya dalam rute ersebut, setiap pad atau via dari PCB yang akan dibor hanya boleh dilewati satu kali saja. Skema algoritma genetika dapat dilihat pada Gambar 4. Secara garis besar proses algoritma genetika dimulai dengan inisialisasi populasi yang merupakan inisialisasi sekumpulan alternatif pemecahan yang didapat secara acak. Kemudian dari populasi awal ini akan dibentuk populasi generasi baru dengan menggunakan operator algoritma genetika. Demikian seterusnya proses pembentukan generasi baru dilakukan berulang-ulang hingga criteria berhenti telah dicapai. Operator algoritma genetika yang digunakan dalam sistem ini adalah seleksi, kawin silang dan inversion.



1. Fungsi Fitness dan Representasi Kromosom
Karena dalam sistem ini yang ingin dicari adalah rute terpendek, maka fungsi fitness yang digunakan adalah sebagai berikut:

dimana f(x) adalah fungsi fitness, j adalah jumlah pad dan via yang akan dibor dan X adalah jarak antar pad atau via yang akan dibor. Jarak antar pad atau via dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Representasi kromosom yang digunakan dalam sistem algoritma genetika adalah kromosom berbentuk integer. Kromosomkromosom berisikan urutan nomor-nomor pada atau via yang akan dibor. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah kromosom yaitu:
• Nomor pad atau via dari PCB tidak boleh berulang, karena mesin bor otomatis hanya boleh mengebor dan melewati pad atau via tersebut satu kali saja.
• Nomor pad atau via tidak boleh lebih besar dari jumlah keseluruhan pad dan via PCB yang dibor.
• Nomor pad atau via juga tidak boleh nol, karena penomoran pad atau via dimulai dari satu.
Panjang kromosom sangat bergantung pada jumlah pad dan via yang akan dibor. Bila ada 20 pad dan via yang harus dibor, maka kromosom akan mempunyai 20 gen. Gambar 5 menunjukkan contoh representasi kromosom yang menunjukkan urutan pengeboran dari pada atau via 1, 5, 2, 6, 4, 3.


2. Seleksi
Ada dua jenis operator seleksi yang digunakan yaitu seleksi roullete wheel dan seleksi tournament. Seleksi roullete wheel bekerja berdasarkan nilai fitness yang dimiliki oleh kromosom-kromosom. Semakin besar nilai fitness yang dimiliki oleh sebuah kromosom
maka semakin besar peluang kromosom tersebut untuk terpilih. Sedangkan seleksi
tournament bekerja dengan memilih sepasang kromosom secara acak dan dar sepasang
kromosom tersebut, kromosom dengan nilai fitness terbesar yang akan terpilih.Karena dalam aplikasi ini, algoritma genetika digunakan untuk mencari rute terpendek dan hal ini tidak sesuai dengan prinsip dasar seleksi roullete wheel dan tournament, maka nilai fitness dari kromosom akan diubah dulu dengan menggunakan persamaan berikut:

Dengan menggunakan persamaan diatas, maka kromosom semula yang memiliki fitness terbesar akan menjadi kromosom dengan nilai fitness terkecil sehingga peluangnya menjadi kecil untuk terpilih. Nilai fitness baru ini hanya digunakan dalam proses seleksi.
3. Kawin Silang
Metode kawin silang yang digunakan adalah Partially Matched Crossover (PMX). Pemilihan
metode ini dikarenakan oleh representasi kromosom yang berbentuk integer. Proses kawin silang ini dimulai dengan memilih dua kromosom yang akan dikawin silang kemudian dilanjutkan dengan menentuan dua titik potong secara acak sesuai dengan panjang kromosom. Setelah ditentukan kedua titik potong tersebut maka proses PMX melakukan penukaran posisi gen kromosom yang berada diantara kedua titik potong tersebut. Proses PMX akan menghasilkan
dua buah kromosom baru. Berikut adalah contoh proses kawin silang PMX antara kromosom A dan kromosom B:

4. Inversion
Proses inversion dilakukan setelah proses kawin silang. Pemilihan metode ini dikarenakan oleh representasi kromosom yang berbentuk integer. Proses inversion dimulai dengan menentukan kromosom yang akan diproses kemudian dilanjutkan dengan menentukan dua titik potong secara acak. Proses inversion dilakukan dengan menukar posisi gen dalam kromosom tersebut. Berikut adalah contoh proses inversion untuk kromosom A.

5. Evaluasi Pembentukan Generasi Baru dan Kriteria Berhenti
Dalam system ini, strategi yang digunakan untuk membentuk suatu generasi baru adalah Steady-State-No-Duplicate. Jadi semua kromosom pada generasi lama ditambah dengan offspring hasil kawin silang dan inversion diseleksi untuk membentuk suatu generasi baru. Pemilihan dilakukan dengan memilih kromosom-kromosom yang memiliki nilai fitness terbaik dan dengan syarat tidak boleh ada kromosom yang kembar dalam generasi baru yang terbentuk. Kriteria berhenti yang digunakan pada sistem algoritma genetika adalah dilakukan pengecekan sebanyak n generasi ke depan, apakah ada kromosom yang lebih baik dari kromosom terbaik saat ini. Semakin banyak generasi yang diperiksa maka akan semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk proses algoritma genetika.
6. PENGUJIAN
Pada bagian ini akan dibahas pengujian pada proses algoritma genetika dan system secara keseluruhan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 3 buah PCB yang memiliki jumlah hole yang berbeda-beda. PCB pertama memiliki jumlah pad dan via 16 buah yang terdiri dari header 5 x 2, dan conector 6 pin. PCB kedua memiliki jumlah hole 21 buah yang terdiri dari sebuah DB-9, resistor, dan IC 4 pin. Dan PCB ketiga memiliki jumlah hole 34 buah yang terdiri dari IC 20 pin, resistor dan transistor. Ada beberapa pengujian yang akan dilakukan, yaitu pengujian dengan variasi nilai crossover rate dan inversion rate, pengujian dengan variasi population size, pengujian terhadap kriteria penghentian generasi, pengujian variasi metode seleksi, pengujian terhadap gerakan mesin bor otomatis.
1. Pengujian inversion rate dan crossover rate
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan nilai crossover rate dan inversion rate yang terbaik. Dalam hal ini, nilai inversion rate dan crossover rate yang bagus akan menghasilkan suatu solusi dalam waktu yang relatif cepat dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Kemudian nilai inversion rate dan crossover rate yang didapat melalui pengujian ini akan terus digunakan dalam melakukan pengujian selanjutnya. Berikut adalah grafik hasil pengujian variasi nilai inversion rate terhadap waktu proses.

Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai inversion rate antara 0.1 – 0.4 memiliki waktu proses lebih cepat dibandingkan dengan nilai inversion rate lainnya. Sedangkan untuk tingkat keberhasilan dalam penemuan solusi masalah, semua nilai inversion rate (antara 0.1 sampai 1) menghasilkan tingkat keberhasilan 100%. Gambar 7 menunjukkan grafik pengujian dengan variasi nilai crossover rate.
B. BORING ( PERLUASAN LUBANG)
Operasi memperbesar dan menyempurnakan lubang yang sebelumnya telah dikenal proses drilling untuk mendapatkan ukuran atau bentuk yang diinginkan dengan alat iris tipe single point. Selain itu, boring juga dapat digunakan untuk membentuk lubang yang runsung di dalamnya.
Operasi boring pada benda kerja yang kecil bisa diletakkan di atas mesin bubut, sementara untuk benda kerja yang lebih besar bisa dimasukkan pada penggilingan. Syarat diameter benda kerja yang bisa dihasilkan melalui proses boring pada umumnya memiliki diameter 1-4m (3-12 ft), tetapi bisa juga mencapai lebar hingga 20m (60 ft).
C. REAMING ( MELUASKAN LUBANG)
Reaming bisa disebut proses terakhir (finishing) pada pengoperasian dengan menggunakan mesin drill. Proses reaming ialah pengoperasian untuk memberikan ukuran yang tepat pada lubang dan menghasilkan permukaan yang halus dengan menggunakan alat iris bergigi banyak. Meskipun twist drill dapat melakukannya dengan baik—biasanya pembuatan lubang yang cukup akurat untuk sebagian aplikasi—terkadang syarat untuk ukuran lubang perlu diperhatikan. Untuk itu diperlukan ada dua macam metode pengoperasian, yaitu drilling untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil dan diikuti proses reaming dengan reamer. Perbedaan antara diameter yang dihasilkan oleh proses drilling dan reaming disebut jangkauan (allowance). Hal ini memungkinkan untuk menghilangkan sebagian benda kerja tertentu. Jangkauan tersebut harus kurang dari 0.2mm (0.008 inci) untuk material yang lunak dan kurang dari 0.13mm (0.005 inci) untuk material yang keras. Lubang drill tidak boleh diperbesar lebih dari 5% dari diameternya. Operasi drilling yang dilanjutkan pada operasi reaming pada umumnya menghasilkan ukuran lubang yang sempurna beserta proses finishingnya. Metode lain dari pembuatan lubang yang mendekati kesempurnaan dalam kondisi tertentu adalah proses boring. Pada umumnya, proses reaming dilakukan menggunakan drill tekan. Benda kerja dipepatkan pada tempatnya dan pembuangan terjadi ketika reamer melakukan gerakan maju. Seperti peralatan potong yang lainnya, ada dua kategori benda kerja yang digunakan, yaitu material pembentukan panas dan material keras. Material pembentukan panas terdiri dari jenis baja yang berlainan. Sedangkan material keras pada umumnya adalah yang berbahan carbide, tetapi reamer dengan tepi berbahan Cubic Baron Nitride (CBN) atau berlian juga bisa. Meluaskan lubang (Reaming) adalah memperbesar lubang yang telah dimesin sampai ke ukuran yang sesuai dengan penyelesaian halus. Peluas lubang adalah sebuah pahat teliti dan tidak dirancang untuk membuang logam banyak.
Peluas lubang tangan adalah perkakas penyelesaian yang dirancang untuk penepatan akhir dari lubang.
Peluas lubang pencekam dirancang untuk penggunaan dalam mesin. Peluas lubang cangkang terdiri atas ujung jenis cangkang yang dipasangkan pada arbor tirus. Celah dalam peluas lubang menghubungkan penyeret pada arbor untuk menghasilkan pergerakkan positif.


Peluas lubang pena-tirus biasanya mempunyai diameterkecil dan agak panjang. Pelubang harus dikonstruksi sekuat mungkin karena mata potongnya dihubungkan dalam pemotongan melalui keseluruhan panjangnya. Peluas lubang ekspansi dapat disetel untuk mengkompensasi keausan atau untuk kebutuhan meluaskan lubang yang kelebihan ukuran. Peluas lubang mampu setel berbeda dengan yang lain dalam hal alat ini dapat dimanipulasi untuk dipakai pada jangkauan ukuran tertentu
D. TAPPING ( PEMBENTUKAN ULIR)
Tapping merupakan proses pembentukan ulir dalam pada lubang yang telah mengalami proses drilling maupun boring dengan menggunakan alat iris yang disebut TAP. Proses ini diterapkan pada benda kerja yang berbahan kayu, kaca, dan plastic. Namun untuk mesin standard, operasi ini tidak bisa diterapkan. Pada mesin tapping modern, permukaan dilubangi dengan kecepatan pelubangan 5 hingga 6 meter/menit untuk campuran dengan suhu tinggi dan 110 meter/menit untuk benda kerja dengan campuran aluminium dan magnesium. Mesin tapping ini digunakan untuk membuat lubang di dalam. Ukuran pelubangan mesin tapping ini bisa mencapai jarak 6 inci hingga 60 inci. proses awal pembuatan ulir dengan pengetapan dengan ukuran mata tap M12 mm pitch 1.75 mm yang terdiri dari 3 mata tap yaitu:
1) mata tap I: mata tap halus yang digunakan untuk membuat ulir dalam dengan cara pemakanan
2) mata tap II: mata tap sedang
3) mata tap III : mata tap kasar yang digunakan untuk menghaluskan pembuatan ulir dalam.

Ketiga mata tap digerakkan dengan cara manual dengan menggunakan tangkai tap dan dibantu dengan oli dan Vaseline untuk memudahkan dalam penerapan (pembuata ulir dalam). Proses pengetapan dilakukan dengan tiga langkah sampai mata tap tembus kebawah dan dilanjutkan dengan mata tap berikutnya sampai selesai.











KESIMPULAN

Jadi pada proses permsinan itu di bagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. drilling ( proses pembentukan lubang)
2. boring ( proses perluasan lubang)
3. reaming ( proses penghaludan lubang)
4. tapping ( proses pembentukan ulir)
pada setiap proses tersebut menggunakan alat yang bebeda – beda sehinga mengahasilakn hasil yang maksimal

























DAFTAR PUSTAKA

www. Machining procecc. Com, diakses tanggal 13 juni 2009
www. Pengertian reaming.com, diakses tanggal 13 juni 2009