Senin, 25 April 2011

Karakteristik Peserta Didik


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Disusun oleh :
Nama   : Uut Prihonggo
NIM      : K2510063

PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK KEJURUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik dari seorang peserta didik perlu diketahui dan dipahami oleh pendidik. Karena untuk memperlancar dan sekaligus untuk menentukan materi pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Selain itu, karakteristik dari seorang peserta didik akan menggerakkan anak kepada bagaimana kemampuan peserta didik. Sehingga dalam memberikan materi pembelajaran kepada peserta didik akan lebih tepat dalam memilih bahan materi yang akan disampaikan. Diharapkan karakteristik anak akan terbentuk dengan baik dengan adanya kepahaman dari pendidik tentang karakteristik peserta didik.
Karakteristik dari seorang peserta didik dapat diketahui perkembangannya mulai dari tingkatan anak usia taman kanak-kanak, anak usia sekolah dasar, anak usia remaja, hingga tingkatan anak usia dewasa.dari setiap tingkatan dapat dilakukan peninjauan perkembangan mulai dari perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosi, perkembangan emosional/moral, perkembangan bahasa, perkembangan motorik, dll.
Dengan begitu, maka diperlukan kemampuan dan ketrampilan dari tenaga pendidik untuk dapat menunjang perkembangan karakteristik dari peserta didik. Sehingga perkembangannya akan menuju ke hal yang bernilai positif. Selain itu pendidik dituntut untuk bisa menerapkan strategi yang tepat guna membantu peserta didik mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki.
Pada masa perkembangannya, peserta didik masih perlu adanya bimbingan dari pendidik. Adanya nasehat yang bernilai positif akan menjadikan suatu hal yang positif, sebaiknya pendidik sebaiknya tidak ceroboh dalam memberikan teguran yang bernada negatif agar anak tidak akan merasa bahwa dirinya telah melakukan kesalahan yang sangat besar sehingga akan menimbulkan perasaan takut dari anak untuk melakukan perbuatan itu lagi. Bimbingan diberikan secara lebih kepada anak pada tingkatan anak usia taman kanak-kanak sampai tingkatan anak usia remaja.
A.    Karakteristik Peserta Didik Usia Taman Kanak-Kanak
Pada masa ini anak sudah mulai paham akan dirinya sebagai pria atau wanita dan mulai paham akan hal-hal yang mungkin dapat mengancam dirinya. Kemungkinan anak pada masa ini akan lebih mengembangkan kemampuan fisiknya dan akan lebih bereksplorasi dengan lingkungannya dengan tanpa dibantu orangtuanya. Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi dan vitamin yang cukup guna menunjang perkembangan fisiknya. Selain itu diperlukan bimbingan dari pendidik agar anak selalu berpikir positif terhadap dirinya dan mampu memahami akan adanya perbedaan pada setiap individu.
Perkembangan intelektual anak pada masa ini sudah mampu untuk mempresentasikan sesuatu meskipun masih menggunakan simbol-simbol (symbolic function). Cara berpikir seperti lebih maju daripada berpikir dengan sensorimotor. Akan tetapi, kemapuan berpikir seperti ini masih ada keterbatasan. Terkadang anak hanya menyakini apa yang dilihatnya dan masih kaku tidak fleksibel.
Pada usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari akan akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan orang lain. Pada masa ini anak merasa perlu untuk dihargai oleh orang lain. Penghargaan ini sangat penting bagi anak karena anak akan merasa disayangi. Apabila anak terlalu diberlakukan dengan sikap keras kemungkinan akan menimbulkan sikap-sikap seperti keras kepala, suka menentang perintah, atau akan menjadi seorang anak yang menyerah penurut yang dilingkupi harga diri kurang serta pemalu.
Untuk membantu perkembangan kemampuan berbahasa anak maka orangtua dan guru seyogyanya untuk selalu mengajak anak untuk berdialog dan jangan pernah untuk meremehkan pertanyaan yang diajukan anak. Karena hal itu akan memungkinkan anak kehilangan respect terhadap orang yang diberi pertanyaan.
Sebaiknya pada masa seperti ini anak lebih sering diajak bermain. Karena anak merasa senang bila diajak bermain tentunya dengan memberikan sisipan tentang pendidikan didalam permainan tersebut. Selain kesenangan akan tercapai secara tidak langsung anak juga menerima pendidikan dari guru.
B.     Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anaksudah dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang menutut kemampuan intelektual. Pada masa ini anak sudah cukup untuk menerima berbagai kecakapan yang dapat mengemmbangkan pola pikir atau daya nalarnya. Seyogyanya anak diberikan kesempatan untuk mengemukakan pertanyaan, komentar maupun pendapat tentang materi yang telah diberikan.
Pada masa ini kemampuan berbahasa anak sudah mulai mampu untuk menguasai kata-kata dengan baik. Di usia ini adalah masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Sebaiknya di sekolah diberikan pelajaran yang sengaja menambah perbendaharaan katanya, belajar menyusun struktur kalimat, peribahasa dan ketrampilan mengarang. Diharapkan dengan ini anak semakin baik dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Di usia ini anak sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan orang lain (bekerja sama), mulai berkelompok satu sama lain. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kemapuan social anak sudah seyogyanya anak diberikan tugas-tugas yang menyangkut hal yang mengharuskan anak saling beklerja sama satu sama lainnya, missal kerja kelompok.
Anak mulai sadar bahwa ungkapan emosi dengan kasar tidak akan diterima di masyarakat. Oleh karena itu, anak sudah mulai untuk mengendalikan emosi melalui meniru dan latihan (pembiasaan). Sudah seyogyanya guru mampu menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar.
Pada usia anak sekolah dasar, anak sudah mampu mengiuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Di akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Seyogyanya guru memberikan pengajaran tentang rasa tanggungjawab kepada anak didik. Anak diberi pengetahuan bahwa setiap apa yang diperbuat ada batasan yang diatur dalam peraturan sehingga apa yang diberbuat akan mendapat hukuman jika melakukan kesalahan dan anak harus mempertanggunjawabkan perbuatannya tersebut.
Periode anak sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Oleh karena itu selain anak diajarkan tentang ilmu pengetahuan umum juga diajarkan tentang masalah agama yang diarapkan akan mempengaruhi moral anak.
Pada masa ini sudah seyogyanya dilatih pengembangan kemampuan motorik/skill agar dapat berkembang secara optimal.
C.    Karakteristik Peserta Didik Usia Remaja
Masa remaja adalah masa dimana merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang cepat. Pada masa ini, sebaiknya diberikan pendidikan terkait hal yang berhubungan dengan masalah perkembangan remaja terutama masalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja.
Pada masa remaja, telah dapat berpikir secara logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret. Oleh karena itu, diperlukan adanya wadah yang dapat memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir anak (remaja).
Pada masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Saat awal permulaan perkembangan biasanya anak akan lebih reaktif dan menunjukan sifata yang sensitif terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosi bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah). Sedangkan pada remaja akhir anak sudah mampu mengendalikan emosinya.
Pada masa remaja berkembang istilah “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Pemahaman ini mendorong anak untuk menjalin hubungan social yang lebih akrab dengan mereka terutama teman sebaya. Selain itu berkembang sikap “conforinity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain.
Melauli pengalaman atau interaksi social dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya akan membuat tingkat moralitas remaja lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Sudah mengenal tentang konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya indentity (jati diri). Perkembangan ini memberikan dasar bagi masa dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai aspek sentral bagi kepribadian yang sehat yang mrefleksikan kesadarn diri. Masa remaja saat pertama berkembang usahanya secara sadar untuk menjawab pertanyaan “who am I?” apabila remaja gagal maka dirnya akan mengalamai kebingunan “confusion”.
D.    Karakteristik Peserta Didik Usia Dewasa
Usia 21 tahun dipandang sebagai batas dewasa awal sehingga mereka telah dianggap mempunyai tanggungjawabterhadap segala perbuatannya. Masa ini adalah masa perkembangan puncaknya dan sekaligus akan mengalami penurunan fungsi organ-organ fisik.
Selama masa dewasa, dunia social dan peranan social menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa sebelumnya. Pada masa ini individu memasuki peranan kehidupannya yang lebih luas. Pola dan tingkah laku orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan masalah penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan.

Sabtu, 23 April 2011

nilai ambang batas


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Di jaman modern sekarang ini, tentunya segala peradaban telah maju pula. Demikian pula dengan transportasi. Transportasi telah menjadi suatu kebutuhan yang pokok dalam kehidupan saat ini. Hal ini tak lepas dari semakin aktifnya manusia dalam beraktivitas yang tentunya sangat membutuhkan transportasi dalam menunjang aktivitas tersebut. Terutama menyangkut hal yang menyebabkan manusia harus berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan jarak tempuh yang dianggap jauh. Selain itu, faktor manusia tak ingin berlama – lama dalam perjalanan guna menghindari panas terik matahari juga berpengaruh terhadap intensitas penggunaan alat transportasi, terutama kendaraan bermotor.
Transportasi telah menjadi sumber utama dari pencemaran udara khususnya di daerah perkotaan. Terlebih lagi dengan penambahan unit kendaraan bermotor yang melaju di jalan raya dan buruknya sistem pengaturan angkutan umum yang jelas memperparah pencemaran udara yang terjadi. Gas buang yang dihasilkan dari kendaraan bermotor tentunya sangat mempengaruhi pencemaran udara di alam bebas.
Sebenarnya, gas buang kendaraan bermotor tidak berbahaya selama tidak melebihi Nilai Ambang Batas dari bahan tersebut. Akan tetapi, saat ini yang semakin banyaknya intensitas manusia dalam menggunakan kendaraan bermotor besar kemungkinan menyebabkan konsumsi manusia terhadap udara tercemar gas buang kendaraan bermotor juga semakin besar pula. Tidak menutup kemungkinan dapat melebihi Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan. Oleh karena ini, penulis menuangkan pikirannya dalam sebuah paper ini menyangkut fenomena yang bersangkutan.
1.2.  Tujuan
Maksud dan tujuan penulis dalam menyusun paper ini adalah sebagai berikut.
1.    Memberikan pengertian tentang pencemaran udara yang disebabkan gas buang kendaraan bermotor.
2.    Menjelaskan Nilai Ambang Batas yang diijinkan dalam gas buang kendaraan bermotor yang mungkin dapat terkonsumsi oleh manusia.
3.    Menjelaskan bahaya polutan gas buang kendaraan yang melebihi Nilai Ambang Batas yang dperbolehkan.
BAB II
NILAI AMBANG BATAS
2.1.  Pengertian
Daya racun suatu bahan tergantung pada kualitas dan kuantitas bahan tersebut. Dengan jumlah sedikit sudah membahayakan manusia ini tidak lain karena kualitasnya cukup memadai untuk membunuh. Oleh sebab itu pengetahuan akan sifat fisika dan kimia bahan beracun dan berbahaya sangat penting untuk kita ketahui.
Kegunaan bahan, akibatnya terhadap manusia dan lingkungan, tanaman dan hewan, walau sebagai pengetahuan umum sangat penting peranannya. Demikian juga sifat bahan terhadap pengaruh temperatur tinggi, terhadap air,
terhadap benturan dan sebagainya.
Nilai ambang batas pada mulanya ditujukan pada karyawan yang bekerja di perusahaan industri yaitu untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja selama mereka bekerja dalam pabrik. Sebagai karyawan yang bekerja untuk puluhan tahun harus terjamin kesehatannya akibat kondisi udara dan lingkungan kerjanya. Udara sekelilingnya haruslah memenuhi syarat kesehatan walaupun mengandung bahan tertentu. Agar udara memenuhi syarat kesehatan maka konsentrasi bahan dalam udara ditetapkan batasannya.
Artinya konsentrasi bahan tersebut tidak mengakibatkan penyakit atau kelainan selama delapan jam bekerja sehari atau 40 jam seminggu. Ini menunjukkan bahwa di tempat kerja tidak mungkin bebas polusi udara.
Nilai ambang batas adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat
dalam lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain, nilai ambang batas juga diidentikkan dengan kadar maksimum yang diperkenankan. Kedua pengertian ini mempunyai tujuan sama.
Daya tahan manusia atau reaksi fisiologi manusia berbeda terhadap bahan
tertentu seperti misalnya reaksi suatu bangsa terhadap penyakit tertentu. Di samping itu efek cuaca dan dan musim turut mempengaruhi konsentrasi sehingga antara satu periode perlu mendapat perubahan. Untuk keadaan lain nilai ambang batas ini diambil secara rata-rata.
Pada umumnya satuan yang dipakai untuk nilai ambang batas adalah mg/m3 yaitu bagian dalam sejuta yang disingkat dengan bds atau ppm (part per million). Satuan mg/m3 biasanya dikonversikan kepada satuan mg/liter melalui:
ppm = (mg / liter)/M x 22,400 x (273 + T)/273 x (760/P)
ppm          = part per million (bagian dalam sejuta)
M              = berat molekul
p               = tekanan dalam mm. Hg.
t                = suhu dalam derajat Celcius
mg/1          = satuan untuk ppm
Antara satu senyawa dengan senyawa lain berbeda nilai ambang batasnya dan antara senyawa itu sendiri juga berbeda untuk waktu yang berbeda pula.
 BAB III
POLUTAN GAS BUANG KENDARAAN
3.1.  Definisi Polutan
Polutan atau bahan pencemaran adalah bahan/benda yang menyebabkan pencemaran, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti sampah. Secara sifat, polutan dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
1.      Polutan fisik; yaitu polutan yang fisiknya mencemarkan lingkungan. Contohnya: pecahan botol, pecahan keramik, besi tua.
2.      Polutan kimiawi; yaitu polutan yang berbentuk senyawa kimia baik senyawa sintetis maupun yang alami, yang karena konsentrasinya cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan pencemaran. Contohnya: gas CO, CO2, SO4, logam Pb(timbal), merkuri.
3.      Polutan biologis; yaitu polutan yang berbentuk makhluk hidup yang dapat menimbulkan pencemaran. Contohnya: bakteri E.Coli, tumbuhan gulma, dan sebagainya.
4.      Polutan sosial budaya; yaitu polutan yang dapat berbentuk perilaku atau hasil budaya yang tidak sesuai dengan norma sosial budaya setempat, sehingga mengganggu kehidupan sosial budaya masyarakat. Contohnya: anak-anak yang tawuran di daerah sekitar masyarakat.
Transportasi telah menjadi sumber utama dari pencemaran udara khususnya di daerah perkotaan. Terlebih lagi dengan penambahan unit kendaraan bermotor yang melaju di jalan raya dan buruknya sistem angkutan umum yang jelas memperparah pencemaran udara yang terjadi. Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
3.1.1.    Sumber
Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.
3.1.2.    Komposisi Kimia
Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor; contohnya hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain - lain. Polutan inorganik seperti karbonmonoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.
3.1.3.    Bahan Penyusun
Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti debu, asap, abu, kabut dan spray; partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.
3.2.  Jenis – Jenis Polutan Gas Buang
Memang tidak akan ada habisnya jika kita membahas tentang polusi. Apalagi di  jaman seperti sekarang. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang jenis polutan seperti partikulat, SO2, CO, NO2, NH3, dan HCl. Polutan ini berasal dari asap kendaraan bermotor.
Berbagai gas yang dikeluarkan baik yang terasa maupun tidak, akan tetap berpotensi merusak saluran pernapasan. Ya begitulah, polusi udara memang tidak pernah memberikan dampak yang baik pada kesehatan.
Dari jenis gas yang telah disebutkan di atas, NH3 dan HCl merupakan jenis gas yang bisa dianggap dampaknya paling ringan. Karena masuknya gas-gas tersebut dapat diprediksi sehingga kita bisa membatasi pajanannya. Yaitu ditandai dengan rasa perih pada mata. Di samping itu, tenggorok juga akan terasa kering. Ciri khas orang yang menghirupnya menjadi terbatuk-batuk. Walaupun dianggap kurang berbahaya, namun NH3 dan HCl tetap perlu diwaspadai. Karena amoniak dan asam klorida tetap dapat memberikan efek buruk. Seperti NH3 yang tergolong gas iritan yang mengiritasi saluran napas atas, jika pemajanan tidak lama dan berat maka paru bisa diselamatkan.
3.2.1. Partikulat
Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar minyak yang berkomposisikan senyawa organik hidrokarbon. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan. m. Asap dapat m Partikel asap mempunyai diameter berkisar 0.5 – 1  mengurangi jarak pandang karena partikel padatan di dalamnya memencarkan atau menyerap sinar. Intensitas pengurangan jarak pandang ini tergantung kepada ukuran dan bentuk dari partikulat. Menurunnya jarak pandang berdampak negatif terhadap sistem transportasi khususnya pesawat terbang dengan memperlambat operasi bandara udara karena kebutuhan untuk menambah jarak antar pesawat guna menghindari kecelakaan. Asap juga menyebabkan kotornya pakaian dan bahan tekstil, korosi pada bahan bangunan dari logam (khususnya pada kelembaban 75%) serta merusak cat bangunan.
Partikulat memencarkan dan memantulkan sinar matahari sehingga mengurangi intensitas sinar yang jatuh ke permukaan bumi. Hal ini dapat memperlama periode hujan dan salju. Selain itu asap juga dapat merusak kesehatan mahluk hidup. Partikulat yang menempel pada permukaan daun dapat merusak jaringan daun jika terserap ke dalamnya. Selain itu partikulat akan menutup stomata sehingga mengurangi kemampuan tumbuhan untuk berfotosintesis dan mengganggu pertumbuhannya. Hewan yang memakan tumbuhan yang terlapisi oleh partikukat dapat mengalami gangguan pencernaan bahkan kematian karena keracunan zat-zat berbahaya yang terdapat pada partikulat tersebut.
Efek partikulat pada kesehatan manusia menjadi berbahaya dikarenakan ukuran partikulat yang sangat kecil dapat menembus system pernapasan sampai ke bagian paru-paru bagian dalam. Terlebih lagi partikulat dapat mengikat polutan lain yang terdapat di dalam udara (SOx, NOx, dll) sehingga tertinggal dalam tubuh untuk waktu yang lebih lama. Penelitian intensif telah dilakukan terhadap efek timbal pada manusia karena kerusakan jaringan tubuh yang ditimbulkan lebih hebat, terutama pada sis tem pembentukan darah, sistem saraf dan sistem ekskresi. Termasuk juga sistem reproduksi, fungsi hati, jantung serta enzim dalam tubuh.
3.2.2. Hidrokarbon (HC)
Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon, termasuk di dalamnya senyawa alifatik dan aromatik yang terdapat dalam bahan bakar. Senyawa alifatik terdapat dalam beberapa macam gugus yaitu alkana, alkena, alkuna. Alkana merupakan senyawa inert dan tidak reaktif pada atmosfer terhadap reaksi fotokimia. Alkena atau olefin merupakan senyawa tak jenuh dan sangat aktif di atmosfer terhadap reaksi fotokimia. Oleh karena itu penelitian terhadap polutan alkena menjadi sangat penting, terlebih lagi dengan munculnya polutan sekunder yang berasal dari reaksi fotokimia alkena, seperti peroksiasetil nitrat (PAN) dan ozon (O3).
Salah satu senyawa alkena yang cukup banyak terdapat pada gas buang kendaraan adalah etilen. Penelitian menunjukkan bahwa etilen dapat mengganggu pertumbuhan tomat dan lada, juga merusak struktur dari anggrek. Alkuna, meskipun lebih reaktif dari alkena namun jarang ditemukan di udara bebas dan tidak menjadi masalah utama dalam pencemaran udara akibat gas buang kendaraan. Senyawa aromatik juga menjadi pusat perhatian dalam studi pencemaran udara karena sifatnya yang aktif secara biologis dan dapat menyebabkan kanker (carcinogenic).
3.2.3. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida yang juga berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar merupakan gas yang tak berwarna, tak berasa dan tak berbau. Karbon monoksida di atmosfer bersifat inert pada kondisi normal dan mempunyai waktu tinggal sekitar 2 ½ bulan. Pada konsentrasi normal, karbon monoksida di udara bebas tidak berpengaruh besar terhadap property maupun mahluk hidup. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, karbon monoksida dapat secara serius mempengaruhi metabolisme pernapasan manusia. Karbon monoksida mempunyai afinitas terhadap hemoglobin dalam darah (COHb) yang lebih tinggi daripada oksigen; dengan demikian mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen. Kekurangan oksigen dalam aliran darah dan jaringan tubuh akan menurunkan kinerja tubuh dan pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan pada organ-organ tubuh. Gejala yang umumnya timbul akibat pemaparan terhadap karbon monoksida dalam konsentrasi tinggi untuk waktu yang lama adalah gangguan sistem saraf, lambatnya refleks dan penurunan kemampuan penglihatan.
Karbon monoksida seringkali dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari senyawaan karbon. Sifat gas CO ini sendiri tidak berwarna dan tidak berbau. Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Apabila gas CO ini dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh CO terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya.
3.2.4. Sulfur Oksida (SOx)
Sulfur oksida mungkin merupakan polutan yang paling banyak dipelajari karena senyawa turunannya yang bervariasi. Pada umumnya 2 senyawa sulfur oksida yang dipelajari adalah sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Sulfur dioksida merupakan gas yang tak berwarna, tak mudah terbakar dan tak mudah meledak tetapi mempunyai bau yang menyengat. Sulfur dioksida mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dengan waktu tinggal sebagai gas dalam atmosfer selama 2 – 4 hari serta daya transportasi yang tinggi. Oleh karena itu masalah polusi SO2 dapat menjadi masalah internasional. SO2 relatif stabil di atmosfer dan dapat bertindak sebagai reduktor maupun oksidator. Namun SO2 dapat bereaksi secara fotokimia atau katalisis dengan komponen lain dan membentuk SO3, tetesan H2SO4 dan garam asam sulfat.


Reaksi - reaksi yang mungkin terjadi:
SO2 + H2O —- H2SO3 (asam sulfit)
SO3 + H2O —- H2SO4 (asam sulfat)
Seperti halnya polutan yang lain, sulfur dioksida juga berdampak negative terhadap lingkungan, material maupun manusia. Pada manusia, asam sulfat (H2SO4), sulfur dioksida (SO2) dan garam sulfat dapat menimbulkan iritasi pada membrane lendir saluran pernapasan dan memperparah penyakit pernapasan seperti bronkitis dan pneumonia. Kondisi ini makin parah di daerah yang berdebu dimana terdapat partikulat dalam konsentrasi tinggi. Sulfur dioksida dan molekul asam sulfat cenderung menghentikan kemampuan bulu getar sepanjang saluran pernapasan yang bertugas menyaring partikel pengotor. Dengan demikian partikulat dapat dengan mudah masuk ke dalam saluran pernapasan dalam (paru-paru) tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu. Sebagian sulfur dioksida juga terikat dengan partikulat dan menyebabkan iritasi pada paru-paru. Dalam jangka waktu yang lama, partikulat dan sulfur dioksida dapat merusak paru-paru dan menyebabkan kematian karena kerusakan sistem pernapasan. Tumbuhan sangat sensitif terhadap sulfur dioksida.
Ada 2 macam kerusakan akibat sulfur dioksida. Pertama, tumbuhan yang terpapar oleh sulfur dioksida pada konsentrasi tinggi untuk waktu singkat mengalami kerusakan jaringan daun karena terjadi klorolisis, ya itu hilangnya klorofil dan plasmolisis, yaitu runtuhnya struktur daun. Kedua, kerusakan akibat terpapar oleh sulfur dioksida pada konsentrasi rendah untuk waktu yang lama yaitu warna daun menjadi merah kecoklatan atau muncul bercak putih. Kondisi kerusakan semakin parah pada daerah yang panas dan lembab. Sulfur oksida juga mempunyai daya rusak yang tinggi terhadap bahan bangunan terutama yang mengandung karbonat dengan reaksi:
CaCO3 + H2SO4 —- CaSO4 + CO2 + H2O
Kalsium sulfat atau gipsum yang terbentuk dengan mudah terbawa oleh air dan menimbulkan lubang-lubang pada permukaan bahan, misalnya pada monumen, ukiran dan gedung. Kabut asam sulfat juga merusak bahan tekstil seperti katun, linen, rayon dan nilon bahkan kulit. Kertas pun menjadi kekuningan dan menjadi getas. Sulfur oksida juga mempercepat laju korosi pada logam.
SO2 sama seperti NH3 yaitu gas iritan saluran napas atas. Akan tetapi gas ini dapat meracuni darah, dimana sifatnya yang memiliki kerapatan 2 kali dibanding udara dan tidak berwarna dengan bau yang menyengat sebenarnya sudah dapat dideteksi dalam konsentrasi 3 ppm. Efek kesehatan dari SO2 sendiri secara akut dapat mengiritasi membran mukosa. Iritasi saluran pernapasan yang sedemikian berat sehingga orang harus segera menjauh dari gas tersebut. Kegagalan menjauh dengan segera dapat menyebabkan edema paru bahkan kematian. Tukak dan parut kornea. Sedangkan secara kronik ditandai dengan adanya penurunan sensasi kecap dan pembau, bronkhitis kronis, serta katarak.
3.2.5. Nitrogen Oksida (NOx)
Senyawa nitrogen oksida yang sering menjadi pokok pembahasan dalam masalah polusi udara adalah NO dan NO2. Kedua senyawa ini terbuang langsung ke udara bebas dari hasil pembakaran bahan bakar. NO2 yang mudah larut dalam air dapat membentuk asam nitrit atau asam nitrat menurut reaksi:
2 NO2 + H2O —- HNO3 + HNO2 (asam nitrat dan asam nitrit)
3 NO3 + HO —- 2 HNO3 + NO (asam nitrat dan nitrogen oksida)
Asam nitrat dan asam nitrit akan jatuh bersama dengan hujan dan bergabung dengan ammonia (NH3) di atmosfer dan membentuk ammonium nitrat (NH4NO3) yang merupakan sari makanan bagi tumbuhan. Dengan kemampuan yang tinggi untuk menyerap sinar ultraviolet, NO2 memainkan peranan penting dalam pembentukan kontaminan ozon (O3). Tidak seperti gas polutan lainnya yang mempunyai daya destruktif tinggi terhadap kesehatan manusia, NO merupakan gas inert dan ‘hanya’ bersifat racun. Sama halnya dengan CO, NO mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen dibandingkan dengan hemoglobin dalam darah. Dengan demikian pemaparan terhadap NO dapat mengurangi kemampuan darah membawa oksigen sehingga tubuh kekurangan oksigen dan mengganggu fungsi metabolisme. Namun NO2 dapat menimbulkan iritasi terhadap paru-paru.
Pada tumbuhan, NO tidak bersifat merusak namun NO2 menimbulkan sedikit kerusakan pada tumbuhan. Polutan sekunder dari NOx seperti PAN dan O3 justru mempunyai daya perusak yang lebih tinggi pada tumbuhan. Konsentrasi NO2 yang tinggi pada udara bebas dapat memudarkan warna tekstil, memberi warna kuning pada tekstil berwarna putih, dan mengoksidasi logam.
NO2 merupakan gas yang berwarna coklat kemerahan dengan bau menyengat. Efek kesehatan secara kronik akan terlihat bercak opak sementara pada foto dada dan pada gigi berwarna coklat.
Dari masing-masing bahaya kelima jenis polutan berbahaya di atas, sebenarnya polutan gas yang berasal dari asap ini pengaruhnya saling mendukung satu sama lain. Bukan memberikan dampak masing-masing. SO2 misalnya, dapat masuk ke dalam tubuh bersama dengan CO. Selanjutnya unsur ini mendukung terikatnya CO pada Hb, sehingga O2 darah menjadi berkurang. Karenanya dapat dipastikan seseorang menjadi sesak nafas.
Disamping itu unsur yang berupa gas sebenarnya dalam polutan juga terdapat bahan berupa logam, yakni Pb. Selain karbon, Pb lah yang menyebabkan warna asap menjadi hitam. Pb yang menempel pada permukaan paru, tentu saja akan memberikan dampak yang lebih parah dari pada yang berikatan dengan darah. Selain mengganggu pernapasan, Pb juga akan merusak organ paru sehingga tak mampu bekerja optimal.
Untuk itu sangatlah perlu kita memperhatikan tubuh kita sendiri terhadap bahaya paparan polutan-polutan ini. Bagi seseorang yang berisiko terkena paparan ini tiap harinya, hendaknya mengenakan pelindung seperti masker.  Disertai juga dengan makan makanan bergizi tinggi dan pola hidup yang sehat.

 BAB IV
PENUTUP
4.1.  Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab – bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebaga berikut.
1.      Polutan atau bahan pencemaran adalah bahan/benda yang menyebabkan pencemaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini pencemaran udara dapat disebabkan oleh adanya gas buang dari kendaraan bermotor.
2.      Nilai Ambang Batas adalah kadar racun maksimum yang diperbolehkan yang mungkin terkonsumsi oleh manusia.
3.      Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas dapat menggunakan konversi ini.
ppm = (mg / liter)/M x 22,400 x (273 + T)/273 x (760/P)
ppm      = part per million (bagian dalam sejuta)
M         = berat molekul
p          = tekanan dalam mm. Hg.
t           = suhu dalam derajat Celcius
mg/1     = satuan untuk ppm
4.      Jenis – jenis polutan yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor adalah Partikulat, Hidrokarbon (HC), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Oksida (Sox), Nitrogen Oksida (NOx).

4.2.  Saran
Saran dan solusi yang dapat penulis dammpaikan adalah sebagai berikut.
1.    Banyak diadakan penghijauan di daerah – daerah perkotaan karena dapat menghirup udara kotor yang terkandung dalam udara bebas.
2.    Semakin digencarkannya free car day di setiap kota yang ada di Indonesia.
3.    Dikuranginya intensitas dalam penggunaan kendaraan bermotor sehingga dapat mengurangi intensitas polusi yang disebabkan gas buang kendaraan bermotor.
4.    Menggunakan penutup mulut atau masker saat berkendara guna mengurangi intensitas udara polusi yang terhirup.
5.    Jangan lupa untuk selalu makan makanan yang bergizi agar kondisi tubuh semakin sehat dan adanya perisai dalam yang melawan polusi yang masuk dalam tubuh.


konsep belajar sepanjang hayat


BAB I
PENDAHULUAN
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok dalam konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal tetapi seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau, setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dan generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.
Belajar erat kaitannya dengan psikologi. Dalam hal ini, Made Pidarta mengemukakan “Psikologi atau jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam mengendalikan jasmani. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam diri manusia itu sendiri.”
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, sejak dari masa bayi, kanak-kanak dan seterusnya sampai dewasa dan masa tua. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap tertentu dan akhimya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani tersebut, manusia perlu belajar. Masa belajar itu bertingkat-tingkat, sejalan dengan fase-fase perkembangannya, sejak masa kanak-kanak sampai masa tua. Dari sini dapat dipahami bahwa belajar merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan disepanjang hayatnya.
Melalui pembahasan ini dimaksudkan untuk lebih memahami hakekat belajar dan bagaimana memberikan motivasi bahwa belajar itu sebenarnya berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sejak dari buaian sampai liang lahat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Belajar dan fase-fase perkembangan
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital. Dibandingkan dengan mahkuk lain, di dunia ini tidak ada mahluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan tidak berdaya seperti manusia. Sebaliknya tidak ada mahkuk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak diajar / di didik oleh manusia lain, meskipun bayi yang baru dilahirkan itu membawa beberapa naluri / instink dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Namun potensi-potensi bawaan tak dapat berkembang dengan baik tanpa adanya pengaruh dari luar. Usia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya hewan, tetapi juga makhluk sosial budaya. Karena itu manusia membutuhkan kepandaian yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, dan semua ini hanya dapat dicapai melalui belajar. Jelas bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Disamping itu, dapat dipahami bahwa manusia membutuhkan waktu yang lama untuk belajar, sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua sepanjang kehidupannya. Karena itu manusia selalu dan senantiasa belajar kapanpun dan dimanapun.
Adapun belajar itu sendiri dapat didefinisikan antara lain:
1.      Learning is the process by which an activity originates as changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment). Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah). ( Hilgard )
2.      “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” ( Morgan )
3.      Learning (hal belajar, pengetahuan), yang berarti perolehan dari sembarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku sebagai hasil praktek aktualisasi pengalaman. ( James P. Chaplin )
Dari beberapa pengertian belajar tersebut, Sumadi Suryabrata menyimpulkan:
a.       Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changed), aktual maupun potensial.
b.      Bahwa pokok perubahan adalah didapatkannya kecakapan baru.
c.       Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Dikatakan belajar apabila membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri. Singkatnya, mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Karena itu seorang yang belajar ia tidak sama lagi dengan saat sebelumnya, karena ia lebih sanggup menghadapi kesulitan, memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya bertambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkanya secara fungsional dalam situasi hidupnya.
Dalam hubungan dengan usaha pendidikan, maka belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu pendidikan dan psikologis belajar.
Sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua, dikemukakan oleh Havinghurst yang dikutip oleh Made Pidarta, yaitu:
1.        Fase perkembangan masa kanak-kanak
2.        Fase perkembangan masa anak
3.        Fase perkembangan masa remaja
4.        Fase perkembangan masa dewasa awal
5.        Fase perkembangan masa setengah baya
6.        Fase perkembangan masa tua
Untuk memenuhi tugas-tugas pada setiap fase tersebut, dicapai melalui belajar. Berangkat dari fenomena ini muncullah konsep belajar untuk memberikan layanan-layanan dan prioritas bagi mereka yang tidak lagi belajar pada pendidikan diri dan turut berpartisipasi di dalam aktivitas kehidupan di lingkungan masyarakat.
B.     Konsep Belajar Sepanjang Hayat
1.      Pengertian Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain berarti rancangan, konsep juga bermakna ide atau pengertian yang di abtraksikan dari peristiwa-peristiwa konkrit atau gambaran mental dan obyek proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal lain.
Kata konsep dari bahasa inggris (concept), yang berarti bagan, rencana, gagasan, pandangan, cita-cita (yang telah ada dalam fikiran). Sedangkan menurut Ibrahim Madkur, kata konsep dipadankan dengan istilah makna kulli (bahasa Arab), yang artinya pikiran (gagasan) yang bersifat umum, yang dapat menerima (makna generalisasi). Berdasarkan pengertian makna tersebut, maka konsep yang dimaksudkan dalam pengertian ini, ialah sejumlah gagasan, ide-ide, pemikiran, pandangan ataupun teori-teori yang dalam konteks ini dimaksudkan ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang belajar sepanjang hayat.
2.      Belajar Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena itu, setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan untuk:
1.        Menentukan arah pendidikan.
2.        Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
3.        Menyiapkan materi pembelajaran yang tepat.
4.        Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
Dalam hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, akan dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat.
Tugas perkembangan tersebut adalah:
a)      Tugas perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta menarik.
b)      Tugas perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab social dan menjadi warga Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c)      Tugas perkembangan orang tua: Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik, kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan sebagai janda, duda, memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas perkembangan itu tampaknya disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat dilihat dari adanya tugas perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua. Tugas perkembangan ini juga sangat berguna bagi pendidikan luar sekolah, dalam kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sosial, agama, persatuan para lanjut usia dan sebagainya.
Dengan demikian tugas perkembangan yang harus ditempuh melalui belajar, tidak hanya dimulai dan masa kanak-kanak, tetapi berlanjut sampai masa dewasa dan masa tua. Jelas bahwa belajar berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang kehidupan seseorang.
Dalam perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini sebenarnya telah dicanangkan oleh Nabi SAW ratusan tahun yang silam, dengan sabdanya:
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke liang lahat (al-hadits)”
Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim.” (H.R. Abdi’I Barr)
Dengan memperhatikan kedua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin. Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu dilontarkan berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. Latar belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas terhadap pelaksanaan belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini dilontarkan oleh Paul Lengrand dalam bukunya yang berjudul An Introduction to life Long Education.
Pengembangan pemikiran Lengran tersebut merubah anggapan bahwa belajar atau pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah sebenarnya secara individual, mereka terus belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dan dengan cara yang disenanginya.
Muncul dan berkembangnya konsep belajar sepanjang hayat tersebut menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar sepanjang hayat sebagai asas baru, kesadaran baru, harapan baru, membawa implikasi kepada pentingya aktivitas individual mandiri guna senantiasa memburu pengetahuan, pengalaman-pengalaman baru kapanpun dan dimanapun.
Dari gagasan-gagasan baik melahui pendekatan keagamaan, maupun yang bersifat umum, dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada hentinya, terutama bagi orang dewasa dan orang tua agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman serta penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan dan teknologi.
Pertanyaannya ialah bagaimana memberikan kesadaran kepada mereka tentang pentingnya belajar sepanjang hayat ini. Untuk memecahkan persoalan ini, antara lain Arden N. Frandsen seperti dikutip oleh Sumadi Suryabrata, mengemukakan tentang hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah:
1.        Adanya sifat ingin tahu menyelidiki dunia yang lebih luas.
2.        Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
3.        Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru.
Sedangkan Abraham Maslow, sarjana dan ketua American Psychological Assosiation, mengemukakan teori tentang kebutuhan yang mendorong seseorang untuk belajar, yaitu:
1.        Phsycal needs
2.        Safety needs
3.        Love needs
4.        Esteem needs
5.        Self actualization need
Teori kebutuhan Maslow tersebut meliputi kebutuhan fisik, rasa aman, cinta, harga diri dan aktualisasi diri. Berdasarkan teori ini, belajar sepanjang hayat khususnya bagi orang dewasa dan orang tua akan menjadi efektif dalam arti menghasilkan perubahan tingkah laku (perilaku), apabila isi dan cara belajarnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.
Hal penting yang perlu diperhatikan ialah bagaimana menyadarkan orang bahwa ia membutuhkan sesuatu seperti digambarkan oleh Maslow dari kebutuhan terendah (fisik) sampai aktualisasi diri.
Kesadaran akan kebutuhan di atas diharapkan bisa mendorong seseorang untuk belajar. Dorongan atau motivasi menurut J.P Chaplin bermakna alasan yang diasadari, yang diberikan individu bagi satu tingkah laku.
Dari dimensi psikologis, belajar sepanjang hayat, terutama bagi orang dewasa dan orang tua dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu. Karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.        Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Maka orang dewasa perlu dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir, ketrampilan baru dan sikap yang lain.
2.        Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3.        Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang punya cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, Ia dapat memperbaiki dan menyempumakan caranya sendiri, agar menjadi lebih efektif.
Memperhatikan situasi belajar bagi orang dewasa tersebut, maka salah satu teori belajar klasik, yaitu teori psikologi belajar naturalistic atau aktualisasi diri, teori ini berpangkal dari psikologi naturalistic romantic yang dipelopori Rousseau. Menurut teori ini belajar itu sebaiknya dilakukan secara wajar di alam bebas, bisa diterapkan pada pendidikan luar sekolah, terutama untuk belajar seumur hidup.
3.      Implementasi Konsep
Bertolak dari dimensi psikologis di atas, implementasi konsep belajar sepanjang hayat ini biasanya tidak membutuhkan orang lain sebagai pembimbing khusus. Mereka mencari sendiri bahan-bahan pelajaran yang mereka butuhkan, mempelajari sendiri, dan mencoba menempatkannya. Jadi bagi mereka dapat belajar di mana saja dan dengan cara apa saja di lingkungan kediaman mereka. Pada hakekatnya mereka mengaktualisasi diri sendiri sejalan dengan teori belajar naturalis. Namun demikian belajar sepanjang hayat dapat juga dilaksanakan secara kelompok dalam bentuk kursus-kursus, kelompok sosial dan kelompok keagamaan.
Dari segi tujuan, belajar sepanjang hayat ini pada mulanya bersifat individual, yakni untuk memperkaya kehidupan rohani atau intelektual seseorang. Pada taraf perkembangan selanjutnya belajar sepanjang hayat ini mulai mengembangkan tujuan-tujuan yang bersifat sosial. Mulai disadari bahwa kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat ini tidak hanya menguntungkan perorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat selalu melibatkan diri dalam kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai lingkungan pekerjaan, maka pada umumnya masyarakat semacam ini akan menjadi lebih dinamis, lebih mudah menerima gagasan-gagasan pembaruan, dan lebih mudah pula memahami interpendensi dan interaksi yang ada antara dirinya dengan masyarakat lain. Suatu masyarakat dengan kegiatan belajar sepanjang hayat yang intensif akan lebih mudah membangun dirinya pada masyarakat yang tidak mengembangkan kebiasaan untuk belajar secara terus menerus.
Di masyarakat pada umumnya kelompok yang amat membutuhkan layanan belajar sepanjang hayat adalah remaja yang putus sekolah dan orang dewasa atau orang tua yang ingin meningkatkan kehidupanya. Karena itu di tinjau dari aspek signifakasi dan relevansi konsep belajar sepanjang hayat dalam hubungannya dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang ada dalam masyarakat.
Maka konsep ini merupakan wahana yang tepat dan tangguh untuk memacu kehidupan masyarakat, kalau dengan salah satu cara dapat diusahakan
1.        Bahwa sebagian besar remaja dan orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar yang memadai dan relevan dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
2.        Bahwa program-program belajar seperti ini benar-benar dikembangkan dan dilaksanakan.
3.        Bahwa masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar terangsang untuk mengikuti program belajar sepanjang hayat ini.
Belajar sepanjang hayat akan berrnanfaat apabila mendapatkan respon positif dari individu atau warga masyarakat yang memiliki kemauan dan kegemaran untuk belajar secara terus menerus, sesuai dengan kebutuhan kebutuhan masing-masing individu warga belajamya. Dengan demikian konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi di dalam masyarakat.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
1.      Konsep belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang manyatakan bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan, setiap individu perlu belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas pada setiap fase perkembangan tersebut.

2.      Konsep belajar sepanjang hayat berusaha untuk memberikan motivasi kepada mereka yang telah selesai mengikuti pendidikan sekolah, agar tetap belajar dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupannya dengan memanfaatkan teori kebutuhan dan psikologi belajar


3.      Konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi serta relevansi terhadap kualitas kehidupan individu warga belajarnya. Karena itu konsep belajar sepanjang hayat bila dihubungkan dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, maka konsep ini merupakan wahana yang tepat untuk memacu usaha memajukan kehidupan umat.